Pada suatu Selasa pagi, seorang Vice President sebuah bank datang mengunjungi banknya untuk melihat apakah semuanya berjalan dengan baik. Namun niat sebenarnya ternyata adalah mencuri uang dari brankas untuk membayar utang. Pada saat yang sama, tiga perampok telah berhasil menggali lobang tepat di bawah ruang brankas di bawah kantor bank tersebut. Saat memasuki ruang brankas, sang Vice President kaget setengah mati karena ada perampok yang sudah menduluinya. Rencananya langsung diubah seketika. Sang Vice President memukuli perampok yang tertangkap basah itu, mengambil tas penuh uang dan memutuskan untuk “membawa” si perampok ke “kantor polisi” sendirian. Rencananya untuk mencuri uang dibuat makin mudah berkat adanya perampok malang itu. Tapi rencana itu gagal total setelah dua orang polisi–yang sesungguhnya adalah kelompok perampok lain yang juga berencana merampok bank dengan modus menyamar sebagai polisi–datang. Mereka “menangkap” sang Vice President dan si tersangka dan akan membawa mereka ke “kantor polisi” untuk diinterogasi. Polisi gadungan ini membawa keduanya ke sebuah tempat persembunyian tapi gagal membawa barang bukti tas berisi uang hasil perampokan karena keburu diamankan salah seorang karyawan bank. Mereka memutuskan untuk tetap di tempat persembunyian dan karena kehabisan gagasan untuk mendapatkan uang, akhirnya menjadikan sang Vice President sebagai korban penculikan dan meminta uang tebusan sebagai gantinya.